LIMA PULUH KOTA. Saat sekarang dunia peternakan di Indonesia sedang dihadang bencana besar dengan adanya Penyakit Mulut dan Kuku disingkat PMK yang kembali muncul dan mengancam jutaan ekor hewan ternak. Padahal pada tahun 1986 atau lebih dari 30 tahun lalu Indonesia dinyatakan bebas dari PMK dan diakui oleh Badan Kesehatan Hewan Dunia (OIE) Indonesia bebas PMK sejak tahun 1990. PMK merupakan penyakit hewan menular yang menyerang hewan berkuku belah baik hewan ternak maupun hewan liar seperti sapi, kerbau, domba, kambing, babi, rusa / kijang, onta dan gajah. Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat tinggi. Di dunia Internasional, penyakit PMK disebut foot and mouth disease yang disingkat dengan FMD. Penyakit PMK atau FMD disebabkan oleh virus yang dinamai virus penyakit mulut dan kuku (virus PMK) atau foot and mouth diseases virus (FMDV). Virus ini masuk dalam family Picornaviridae dan genus Aphtovirus (MacLachlan & Dubovi 2017).
PMK juga berpengaruh terhadap pakan ternak, karena PMK juga bisa bertahan di pakan ternak, berikut merupakan daya tahan PMK di pakan ternak:
Media Virus |
Daya Tahan Hidup |
Peran Virus |
Viabilitas |
Jerami[2] |
20 minggu |
kontaminan |
sedang |
Pakan Babi[1] |
37 hari |
kontaminan |
sedang |
Pakan berbasis formaldehid[1] |
24 jam suhu ruang |
kontaminan |
rendah |
Pakan + aditif asam laktat[1] |
- |
kontaminan |
sedang |
Pakan + aditif asam lemak rantai menengah[1] |
- |
kontaminan |
rendah |
Sumber : [1] Fairfield D (2021); [2] Belsham GJ. Botner A. Lohse L (2021)
Faktor penularan PMK pada pakan ternak disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
Bahan pakan dari produsen juga bisa terkontaminasi oleh PMK karena disebabkan oleh petani yang mengambil atau membuat pakan terpapar oleh virus PMK dari tempat lain, saat mengambil bahan pakan. Produsen bahan pakan meliputi Petani, bahan pakan dan logistik. Untuk bahan pakan sendiri seperti rumput, legume dll tidak diambil di daerah / wilayah yang ada penyebaran virus PMK.
Penyebaran PMK via logistic pakan dapat melalui supir / karyawan, kendaraan dan udara.
Penyebaran PMK via karyawan, peralatan (mesin pakan) dan pergudangan.
Resiko tinggi penyebaran PMK dapat terjadi melalui ternak, peternak, pakan dan peralatan kandang. Apalagi dengan kondisi peternakan yang terdiri dari beberapa jenis ternak yang pemakaian sarana dan prasarananya secara bersama.
Adapun cara untuk mencegah penyebaran virus PMK via pakan dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya sebagai berikut :
Pada kondisi seperti saat ini ada beberapa rekomendasi pakan untuk pencegahan penyebaran PMK yang mengandung nutrisi dan bahan aktif serta mudah dikonsumsi, dihandle dan disukai ternak untuk meningkatkan imunitas dan menurunkan stres diantaranya :
Adapun rekomendasi cara pengolahan pakan special untuk sapi yang terjangkit PMK, selain pemberian rekomendasi pakan diatas dan pemberian obat penurun demam dapat juga diberikan hijauan segar yang diambil hanya daun saja kemudian dilakukan pencacahan atau diblender dan pakan yang diberikan harus bebas dari virus PMK. Sapi yang terserang PMK dengan kondisi tidak mau makan, sebaiknya dikasih pakan yang sudah dihancurkan seperti bubur dan disuapin supaya nutrisi masuk kedalam tubuh ternak untuk menambah daya imun ternak tersebut. Selain itu pemberian pakan untuk sapi yang terserang PMK juga dapat diproduksi pakan dalam bentuk pelet dan juga obat-obatan untuk mengobati lesi pada ternak.
Dengan adanya cara pemberian pakan dimasa PMK ini diharapkan angka kematian pada ternak yang terserang PMK akibat kekurangan nutrisi yang diakibatkan oleh lesi pada mulut dapat menurun sehingga Indonesia bisa kembali bebas dari PMK. (Riva Matasari, S.Pt – Pengawas Mutu Pakan Ahli Pertama).
Feedback